Senin, 25 Januari 2016

Gulma

Tak apa kau mengira aku sesibuk itu
Tak apa kau mengira aku sok seleb diluar sana
Tak apa kau mengira aku tak mempedulikanmu

Aku hanya tak mau menjadi gulma
Kau tak pernah tau, bersikap seperti ini amatlah sulit
Kau tak pernah tau, ternyata aku rindu


Kamis, 21 Januari 2016

Senin, 18 Januari 2016

Nasturtium

Aku tak pernah menyangka kau akan mengakar begitu kuat di dalam kepalaku
Dapatkah kita berbincang lebih lama ?

Jumat, 15 Januari 2016

Agapanthus

Jika memang dia bukan orang yang tepat, 
jangan biarkan perasaan megah di dadaku ini kian pekat

Senin, 11 Januari 2016

Teman Kecil

Dikutip dari instagram : @saridezra  https://www.instagram.com/saridezra/





Ketika pertemanan berlangsung lama, bahkan sejak kecil. Mustahil rasanya tidak muncul perasaan yang berbeda. Dan kau tau tidak mungkin mengelak dari rasa itu. Berkah atau malah menjadi kutukan?


****




-KEIRA-

Hi, kenalin namaku Aleiza Keira biasanya sih dipanggil Kei atau kiki. Kata orang aku sedikit tomboy, ya gimana ngga temen mainku Dari kecil ya cuma si Azka dan Theo, bahkan sampai mau lulus SMA gini.. .

Ngomong-ngomong soal mereka, Azka Ahmad orangnya alim alim gitu, ya secara bapaknya aja pemuka agama di desa kami. Tapi dia enak kok diajak main, ngga kaku, Lagi pula dia pendengar yang baik. Lain Lagi dengan si Theo Yusuf, orangnya Pinter sih, Pinter dalam artian sebenarnya. Selain itu dia seolah menjadi moodbooster kami, joke nya ngga bakal ada habisnya.. .

Kami tumbuh bersama, besar bersama. Hal yang lain yang aku takutkan pun ikut tumbuh, iya, aku mengakuinya, aku menyukai salah satu Dari mereka. Mungkin ini sebuah kesalahan, tapi apa dayaku, aku juga seorang remaja yang juga bisa merasakan cinta. Mengungkapkannya pun bukan solusi yang bagus, aku sering membaca ketika suatu persahabatan diselingi oleh cinta, maka rasanya tak Lagi sama.

yang aku benci dari diriku sekarang adalah aku selalu canggung, tak seperti dulu yang bisa bebas melakukan apa Saja pada mereka. Selalau menampilkan sisi terbaikku, berusaha sempurna di depan mereka. maksudnya di depan orang yang aku suka. Entahlah, apa aku sanggup menyimpannya sendirian, atau harus berani mengambil risiko itu.
Hei, UN di depan mata Kei!


****


- KEIRA-


Ujian Nasional yang kita lalui dengan mudahnya, ngga mudah mudah banget sih menurut gue yang kepintarannya paling rendah di antara kedua sahabatku itu. dilanjutkan dengan kepusingan memilih jurusan yang akan diambil di perguruan tinggi. Yang aku tau, kita memang memilih jalan masing-masing sesuai dengan yang kita inginkan, tapi satu hal yang aku tidak ketahui. Salah satu Dari teman ku memilih untuk merantau jauh di luar pulau. . "berarti kita pisah nih?" - yaaah, sayang banget sih udah samaan sejak TK. Aku tak tau apa aku sanggup untuk tak melihatnya sehari, melihat teman yang diam-diam begitu aku spesialkan. Tapi apa dayaku, itu pilihannya. dañ aku hanya temannya. teman yang ingin dispesialkan juga. .



Apa yang aku takutkan dengan jarak? toh, setiap lebaran kita juga bisa ketemu.. .

Tapi, apa aku harus mengungkapkannya sekarang? atau terus menyimpannya sendirian? Ah, kalau aku tau soal hati akan serumit ini, aku tidak akan pernah membiarkannya tumbuh sebesar ini...


****





-KEIRA-

Sudah hampir sebulan masa awal-awal perkuliahan ku dan Theo berlangsung. Dan saat itu pula Azka harus pergi untuk menunaikan kewajibannya juga sebagai Mahasiswa di luar pulau. Untuk pertama kalinya kami berpisah sejauh dan Selama Ini.. .

Pada hari itu juga aku memutuskan untuk mengungkapkan apa yang aku rasa, menurutku Ini saat yang tepat. toh kalaupun dia menolakku, setidaknya aku tak bertemu dengan nya lagi untuk sementara waktu. .

Tapi, seperti yang aku duga. Dia tak mengerti sama sekali apa maksudku, aku bingung. Nyesek, Memalukan sekali, aku menyesal telah menyatakannya, kalo aku tau akan berakhir seperti Ini. BTW, Selamat jalan Azka, kamu beneran ngga peka atau...


****




-AZKA-

Aku tak pernah menyangka kamu seberani itu. Mengungkapkan persaanmu padaku. Apa aku yang kurang peka, atau aku terlalu takut bermain rasa hingga akhirnya aku kenyingkirkannya. .


Tapi sungguh, aku hanya menyayangi sebagai sahabat. menjagamu bagai adik yang lugu. mungkin nasihat-nasihat itu benar. bahwa persahabatan antara lelaki dan wanita tak pernah mungkin bisa terjadi, pasti ada rasa yang bermain halus di sana. Dan Islam membatasi kontak dua manusia bukan mahram agar hati tak ikut berikat.. mungkin kita salah. .

Kata abi, Pacaran itu cuma mempermainkan wanita, berusaha menjaga perasaannya padahal ia bukan siapa-siapa. Berusaha menjadi yang terbaik untuk orang yang tidak ada tanggung jawabmu padanya. aku disuruh fokus di studiku. lagian kalau udah jadi pacar, kita mau ngapain? cari status?

.


****





-THEO-


Kamu tau? Selama Ini aku sabar kamu nomor duakan. aku berusaha menjadi orang konyol agar terus bisa melihat kalian tersenyum, terutama kau Kei. Aku tau Dari dulu kamu emang sayang sama Azka, aku sangat sadar itu. dan kau pun coba menyembunyikannya. itupun yang aku alami. sama persis. tak dianggap. .

kamu tak pernah tau kan apa alasannya aku tak mengambil beasiswa itu dan memilih untuk sekampus denganmu. agar aku bisa terus dekat, dan bisa menjagamu. Tapi apa gara-gara kamu ditolak Azka, semuanya kau limpahkan ke aku? Kau tak sedikitpun membalas pesanku, malu? canggung lagi ketemu denganku gara gara kejadian itu? iya, cinta di persahabatan kita sepertinya memang cobaan. dan aku salah telah mencintaimu, sahabat yang seharusnya tetap jadi sahabat. .

Sekarang kau berubah, kau memilih kita pisah. pisah untuk menata hidup yang belum terarah. oke, aku akan menghilang Dari kehidupanmu, berusaha tak peduli lagi. mungkin Ini Kali pertama dan terakhir aku menangis di hadapanmu. selamat tinggal Kei, aku pikir kita saling mengenal.




***





-KEIRA-

tanpa terasa waktu berjalan begitu Saja. Tiga tahun ini aku seakan tenggelam pada rutinitas kampus yang menyesakkan.. Seolah tidak ada kesempatan untuk bernafas lega. yah seperti keluhan Mahasiswa kebanyakan..

Hei, tapi aku melewatinya dengan luar biasa. Beruntungnya aku memiliki teman seperti Bia yang selalu membimbingku untuk mengenal Islam dengan lebih baik. tempat ku menampung segala penat kehidupan. dia adalah sahabat sebenarnya. jaga terus dia ya Allah.

Mengenai sahabat-sahabatku itu, aku benar benar kehilangan kontak. Azka yang sekarang aku tau sudah menyelesaikan studinya, dan aku terlalu canggung menyapanya Lagi setelah kejadian itu. sedangkan Theo? Dia benar-benar menunaikan janjinya, sesekali bertemu tapi dia berlalu, seolah tak pernah kenal seperti dulu. Maafkan aku Theo, aku tak pernah bermaksud begitu, aku hanya salah cara menyampaikannya. aku kehilanganmu. rindu tingkah laku konyolmu. maafkan karena aku tak pernah tau. Tapi sungguh, kamu dan Azka tak pernah aku bedakan.

Lihat siapa yang tiba tiba Datang setelah tiga tahun lebih lamanya menghilang. Azka. 

Apa yang Ingin dia lakukan?


****


-KEIRA-

Setelah lebih dari tiga tahun menunggumu. mencoba menyapamu hanya lewat doaku. Menghilangkan niatku menghubungimu. memperbaiki diri agar aku bisa mengimbangimu. Akhirnya, kini kau datang kepadaku. Tapi bukan itu yang aku harapkan.

Kau datang untuk memberikan kabar gembira, untukmu. Apa aku harus ikut bahagia melihat orang yang aku harapkan kini menjadi harapan orang yang lebih ber-hak? Aku tau aku yang menaruh besar keinginan itu, tapi aku juga tak bisa mengelak dari rasa itu.

Ya Rabb, sesulit itukah permintaan sederhanaku untuk Kau kabulkan? Aku tau ketetapan-Mu yang Terbaik, tapi aku hanya ingin harapanku juga dapat menjadi rencana yang Kau persiapkan untukku. itu saja. Astagfirullah..

Selamat menempuh hidup baru sahabatku yang akan tetap menjadi sahabat. Andai saja namaku yang ada di undangan itu.


****




-BIA-

Tak biasanya Abangku satu satunya mengajakku bicara serius. Sudah kuduga, ini tak jauh dari urusan menyempurnakan separuh Dari agamaku.. Aku tak begitu terkejut dengan hal ini, mengingat di keluarga ku menikah muda dengan calon yang 'asing' merupakan hal yang wajar, apalagi umurku saat Ini sudah menginjak 22 tahun.

Tapi, apa aku sesiap itu? Apa aku sudah siap mengarungi rumah tangga, merasakan manis pahitnya. Mau menerimanya apapun keadaannya? Mungkin memang aku harus sholat istikharah, meminta sekaligus memantapkan hatiku untuk mengambil keputusan yang akan aku jalani seumur hidupku.


Yusuf? Siapakah dia? Apa dia memang sebaik yang diucapkan Abang? Entahlah, tak pernah terpikirkan.. tapi jujur, sekarang hatiku tak karuan. 


****



-KEIRA-


Setelah berpikir lama, akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi pernikahanmu Azka. Aku bukan semata-mata ingin menampakkan raga. Aku hanya ingin melawan rasa takutku, bukan takut kehilanganmu, tapi takut aku akan semakin terpuruk tak menerima keputusanmu menikahinya, bukan menikahiku. Aku kuat Azka, buktinya aku datang ke pernikahanmu sebagai Keira, teman kecilmu.. Aku tak dapat berbohong, sebagian hatiku masih tak menerimanya. Aku akan berusaha. tenang Saja. Selamat Azka..

Ada hal yang lebih membuatku gugup. Theo. Iya Theo yang Selama Ini menghilang entah kemana, kini seolah menjadi seseorang yang baru. seseorang yang lebih baik tentunya.. Aku terkejut melihatnya. Tapi sayang, ia hanya menyapaku sebentar lalu meninggalkanku sendirian.

Ada hal yang masih membekas setelah ia pergi, Theo tersenyum kepadaku, mungkin itu senyum terikhlasnya yang pernah aku dapatkan.. Bukan kedamaian yang aku rasa, namun sesak di dada. Dosakah aku meminta senyumannya sekali lagi, Astagfirullah, maafkan hamba-Mu ini yang tak mampu menjaga hati. tapi jujur, aku rindu.. 


Andai waktu dapat kuulang kembali.


****



-KEIRA-

Setelah kejadian itu, kejadian yang mungkin menyakitkan. aku menjalani hari normal kembali dengan senyuman itu yang masih terbayang. mungkin cuma Bia yang mau menampung dan mendengar keluh kesah ku Ini. Aku jadi sering bermain ke rumahnya. Entahlah, kalau di dekatnya aku merasa termotivasi kembali untuk terus memperbaiki diri maupun hati.

Bia pernah cerita mengenai rencana abang nya untuk mengenalkannya kepada seorang yang berniat serius. Tapi hanya sebatas memberi tauku nama calonnya. Namanya Yusuf. selebihnya aku tak tau.

Hari itu, untuk pertama kalinya Yusuf datang ke rumah Bia, begitu yang aku dengar dari ruang tamu. Ah beruntungnya jadi Bia, tanpa merasakan hatinya dipermainkan, tiba tiba ada orang yang berniat melamarnya. Yang mengganjal Dari tadi bukan ke-iri-an ku, melainkan aku seperti mengenal suara itu. Siapa sebenarnya dia?


****


-KEIRA-

Entah aku semakin penasaran dengan suara di balik pintu itu. Aku tak bermaksud menguping, tetapi suaranya terdengar jelas. seperti suara yang sering Kali menemani. Theo. Kebetulan atau tidak, ada yang mengaminkan doaku, umi menelpon mendadak ingin aku segera pulang. Maaf bi, aku hanya ingin memastikannya saja.
.

Aku akhirnya beranjak keluar dari Kamar Bia, melangkah perlahan sembari berdoa, semoga Saja bukan dia. Tapi, sesosok yang sedang duduk membicarakan hal sakral itu tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Theo. iya, seseorang yang belakangan Ini aku inginkan.. kenapa?, kenapa hal itu terjadi Lagi. kenapa aku? Ketika kau melihat sendiri orang yang Kau harapkan sedang merencanakan pernikahan, dengan sahabat mu. Sakitnya mungkin dua kali Dari yang kurasakan sebelumnya.

Ya Allah, kenapa Bia. Kenapa harus dengannya. mungkin aku akan menerima seperti dahulu ketika orang yang aku harapkan bersama orang lain. Tapi bukan ini, bukan bersama Bia. Aku belum siap menerimanya. Lalu apa gunanya aku terus bertakwa jika cobaan dari-Mu terus menimpa. Apa denhan cara itu Kau ingin menunjukkan cinta? Atau Kau hanya ingin mempermainkan hati, menguji persahabatan kami? Aku hanya ingin merasakan anugerah yang Kau berikan juga bisa Kau Izikan.. Serumit itukah permintaan ku? 

Terima kasih telah menguji hatiku sekali lagi.


****

-BIA-



Sejak kejadian itu, Kei seakan menghilang Dari kehidupanku. Pesan dan telpon dariku tak pernah dihiraukannya.. Aku bingung, baru Kali Ini Kei begini. Hingga akhirnya aku tau, Theo yang sering diceritakan dengan antusiasnya bahkan melebihi Azka itu adalah Yusuf. Iya, Theo Yusuf yang datang secara tiba-tiba mendatangi waliku. Aku rasa setiap wanita juga akan merasakan hal yang sama, merasa sangat dihargai ketika seorang pria datang dengan gagahnya menyampaikan niat yang mulia. Akupun tak mengelak, aku tertarik dengannya. walau belum terlalu mengenalnya. Kenapa orangnya harus sama?
.

Sekarang aku harus bagaimana. Kei, maafkan aku. Aku tak pernah tau sebelumnya. aku juga tak pernah menginginkan hal ini bisa terjadi pada kita. .

Ya Allah, Buatlah aku percaya. bahwa kau telah menyiapkan penggantinya. Aku tak meminta lebih baik, bukankah doaku Selama Ini hanya menginginkan sesosok orang yang ketika aku dekat dengannya, tambahlah kecintaan ku pada-Mu yang telah menciptakan kami berdua dengan anugerah seindah itu.. Teguhkanlah hatiku dengan pilihanku Ini.. .

Inilah betapa indahnya Islam mengatur urusan Manusia. Aku yang belum terlalu dalam bermain hati dengannya, akan lebih mudah mengikhlaskannya karena kita belum terikat cinta buta.. .

Kei, aku mengalah bukan karena kalah. Aku hanya ingin kita terus berteman, saling merajut asa agar kelak dipertemukan di surga-Nya.. .

Aku akan kerumahmu, esok. menjelaskan kesalahpahaman ini..


****




-BIA-


Aku memutuskan untuk menyudahinya. Bukan karena aku tak menginginkan, tapi ada hal yang lebih aku khawatirkan. Walau aku tak mempunyai satu alasan untuk menolakmu, Yusuf. Maaf atas keegoisanku. Mungkin Ini memang sudah jalannya. Bukankah, cinta itu selalu sederhana. ini terlalu rumit untuk kusebut cinta. Aku telah menitip surat untuk mu melalui Abangku, bacalah. semoga kamu mengerti apa yang sebenarnya terjadi.. .

Kei belum mau menemuiku walau aku hanya terpisah pintu. Apa yang pikirkan? Apakah aku sejahat itu padanya? Atau sebegitu marahnyakah kepadaku atas hal yang sebenarnya tidak aku ketahui itu. Kamu tau Kei? aku sudah membatalkannya. Demi kamu, kita. Aku hanya khawatir dengan keadaanmu sekarang. Terlebih saat umimu menceritakan semuanya, kemurunganmu mengunci diri belakangan ini. Kau masih mau kan berteman dengan ku? Mungkin kau masih enggan bertemu denganku, ada surat yang juga aku tuliskan untukmu, bacalah. semoga itu mewakili ragaku.
.

Aku tau kamu sebenarnya ingin menemuiku, tapi kamu memutuskan untuk mengikuti rasa malu itu. Kei, Maaf untuk segalanya. Kita hanya salah paham...


****

-BIA-


Selepas dari rumah Kei, aku mengendarai motor dengan perasaan yang berkecamuk. Entahlah, semua ingatan itu berlari lari di pikiranku, tentang Kei, kekecewaan Yusuf, semua berlomba masuk ke pikiranku. Aku sama sekali tak fokus berkendara, setelah nya aku tak tau apa yang terjadi...

Aku tau Rezeki, Kematian ataupun jodoh sudah tercatat rapi bahkan sebelum aku dilahirkan. 
Aku tau, aku tak bisa berbuat apapun untuk mengubahnya, yang bisa kulakukan hanya berusaha, berusaha menjadi hamba-Mu yang takwa. .

Aku tau yang paling dekat yang mengikutiku kemanapun aku melangkah adalah kematian. iya, semua orang akan merasakannya bagaimanapun iya bersembunyi, muda atau tua, tak pernah ada yang tau kapan jadwalnya...

Ya Allah, saat aku akhirnya menemui ajalku, aku hanya ingin mati dalam keadaan berislam. Hingga akhirnya aku bisa menyebut lembut kalimat Syahadat yang aku banggakan untuk terakhir kalinya..


****

-KEIRA-

Mimpi, .
Mimpi itu, senyata itukah sebuah mimpi? Ketika kau tak mampu bernafas, bàhkan setelah kau terbangun dari tidurmu. Aku tak bisa membayangkan hal itu akan terjadi. tidak, bahkan mengatakannya pun aku tak sanggup..

Bia, sahabat macam apa aku ini? Seolah aku tak rela melihatmu bahagia. Keegoisanku menutup segala mata. Seakan hanya aku yang berhak bahagia..

Bia, sahabat macam apa aku ini? Keinginanku yang tak bisa aku kendalikan, menghancurkan kebaikan. kebaikan yang Selama Ini kau tanamkan. kau ajarkan kepadaku..

Bia, sahabat macam apa aku ini? Aku yang bersalah, tapi kamu yang menanggung rasa bersalahku.. Aku tak sepantasnya begini, menangis. Menutupi malu. malu yang telah membutakanku.

Bia, masih pantas kah aku kau panggil sahabat? Setelah semua hal ini terlanjur terjadi.

Bia, Maaf.. Maafkan keegoisanku, maafkan segala sifatku. Aku tak mau kehilangan sahabat terbaikku. Aku seharusnya menerima, menerima segalanya..

Bisakah kita, aku, mengulang waktu? atau memperbaikinya sekali lagi?. Aku mohon,..


****

-KEIRA-

Maaf Bi, aku datang nya sekarang. Aku sebenarnya ingin kesini dari kemarin tapi rasa malu ku lebih besar menutupi. Aku malu bertemu denganmu, aku yang telah merusak rencana baikmu, dengan Theo, teman masa kecilku.

Aku ngga habis pikir, kenapa bisa aku melakukan itu, menghilang darimu, menambah pikiranmu. Kamu ternyata tak berubah, masih seperti Bia yang aku kenal, Bia yang berhati besar, Bia yang bahkan tak pernah terlihat marah di mataku. Aku saja yang tak mencoba berpikir, berpikir untuk menerimanya, aku yang bermasalah, malah lari dari masalahnya.

Sekarang aku ingin menjadi seperti dirimu. Dirimu yang aku kagumi, dirimu yang tulus menyayangi. Menerima segala yang kau punyai. Maafkan aku yang telah menghakimi. .

Aku tak kan bisa memaafkan diriku, ketika aku kehilangan sahabat sepertimu. Kita masih berteman kan Bi? Sekali lagi, maafkan aku atas hal yang terjadi. Aku belum bisa sepertimu, masih butuh bimbinganmu.

Theo berhak memilih, aku akan Ikhlas.


****


-KEIRA-

Aku kembali merasakan, merasa tak mejadi pilihan, bukan dia yang ditakdirkan, untuk menemaniku menyempurnakan iman..

Kali ini air mataku kembali jatuh, tapi sungguh, bukan kesedihan melainkan kebahagiaan. Bagaimana aku tak merasa bahagia, kedua teman ku berada dalam satu pelaminan, mengikat janji suci pernikahan.

Soal perasaanku, benar kata orang. Ketika kita berhasil mendekap kesedihan, saat itulah bahagia bisa kita rasakan. Menerima, hanya itulah yang bisa aku lakukan. Tidak ada kata penyesalan, karena sejatinya menerimalah yang akan melenyapkan keresahan yang mendalam.

Ya Allah, aku tau aku banyak meminta walau sering berdosa, aku tau banyak mengeluh walau tak hatiku makin berkeruh. Tapi aku mohon, izinkan aku juga merasakannya. Merasa menjadi wanita seutuhnya. Aku sadar, bukan dia takdirku, berilah pengganti untuk diriku, yang bisa menuntunku ke jalan-Mu. Aku akan menerima, siapapun yang kelak kau takdirkan untukku, bukankah Kau sebaik-baik perencana? Bukankah Kau yang penuh dengan kuasa? kuasa terhadap hatiku, diriku, dan hati orang yang entah siapa.

Hi Theo, Hi Bia. Selamat, tenang, aku benar-benar bahagia melihat kalian. Selamat :)


****

-KEIRA-

Tentang pilihan, kita bebas memilih. Memilih orang yang kita cintai, atau mencoba membuka hati untuk orang yang mencintai kita. Tapi saat pilihan itu tak ditakdirkan-Nya, kita bisa apa? menerima semua takdir atau terus menerus mengutuk diri pun merupakan pilihan. Pilihan yang akan menentukan jalan hidup.

Kita bebas memilih, tetapi tetap Allah yang berhak menyetujui pilihan yang kita pilih atau diganti dengan yang lebih baik.

Aku menerimanya, memaafkan, memeluk segala kehendak-Nya, menjalani Lagi kehidupan dengan Ikhlas. bukankah mencoba melupakan hanya akan menambah ingatan?

Untuk teman kecilku, terima kasih telah memberi arti, mewarnai jalan cerita hidup ini. kita semua berhak bahagia, bahagia dengan pilihan yag disetujui-Nya.. :)