Selasa, 15 November 2016

Tawa

Seringkali, kita menghabiskan waktu jumpa dengan sekedar bercerita. Bukan. Bukan saling bercerita seperti seharusnya, karena kamu hanya sibuk mendengarkan saja. Aku berceloteh tentang banyak hal, dan kamu tak pernah bosan mendengarkan semua cerita, juga semua doa di sela-selanya.

Terkadang aku memaksamu bercerita. Bercerita tentang apa saja. Semua cerita itu tak pernah benar-benar penting buatku, karena kehadiranmu adalah yang paling penting, dan mencintaimu tetaplah menjadi bagian terfavoritku dari semua cerita. Karena bahagia selalu sederhana. Bahagia menuliskan tiap lembar yang tersisa pada buku harianku dengan seluruh cerita-ceritamu, lalu menyelipkan beberapa bagian penting di dalamnya; sepertiga dengan namamu, sepertiga dengan namaku, dan sepertiga lagi dengan doa tentang kita. Tanpa perlu dipisahkan dari masing-masing bagiannya.

Belakangan, betapa aku merindukan suara kita yang tertawa, yang bahkan aku hampir lupa bagaimana bunyinya.

Rabu, 09 November 2016

Rasanya baru kemarin

Rasanya baru kemarin, kamu meraih, mengenggam tanganku
Rasanya baru kemarin, kamu mencubit pipiku

Rasanya baru kemarin, kamu menemaniku menonton drama korea, walau kamu nggak pernah paham ceritanya
Rasanya baru kemarin, aku menemanimu mengerjakan tugas e-learningmu, walau pendapatku nggak pernah digubris
Rasanya baru kemarin, kamu memintaku untuk dibuatkan secangkir kopi, walau kamu harus memohon terlebih dulu
Rasanya baru kemarin, aku memintamu untuk membukakan pagar kosku yang berkarat, walau sudah terlalu malam

Rasanya baru kemarin, kita semangat berolahraga
Rasanya baru kemarin, kita bertukar cerita
Rasanya baru kemarin, kita tertawa
Rasanya baru kemarin, kita bersama