Sabtu, 04 Juli 2015

Berdamai dengan perasaan

Awal sapaanmu, hingga kita duduk bercengkrama dengan asiknya
Mengalir begitu saja, tanpa rasa, tanpa ada yang tersisa
Akupun tak tau sejak kapan di tiap ujung doaku tak lupa kuselipkan namamu
Diikuti dengan sering kalinya aku menukar air mata dengan keyakinan
Keyakinan bahwa lelaki yang ditakdirkanNya itu adalah kamu

Namun nyatanya..
Aku hanya beruntung lebih dulu bertemu denganmu
Aku hanya beruntung lebih dulu mengenal sifatmu yang istimewa
Aku hanya beruntung lebih dulu melakukan hal-hal seru bersamamu
Mungkin doaku tertumpuk dengan doa orang lain yang lebih mengharapkanmu

Maafkan menjadi sering marah tanpa alasan
Hal itu hanya refleks untuk menyembunyikan rasa yang tak seharusnya
Tenang, aku tak akan menuntut rasa yang telah kamu ambil
Yaa..mana mungkin aku sanggup mengganggu senyum malu khasmu itu
Aku akan mengikhlaskannya

Silahkan saling bersahutan, saling berkicau sana kemari dengan dirinya
Susunlah deretan terbaik menurutmu dan menurutNya
Hingga hadir ketetapan Sang Maha Pembolak-balik hati
Apakah itu dirinya, dengan orang baru yang lain, atau mungkin denganku?
Ahh.. masih saja aku ini

Seperti yang aku katakan, aku akan mengikhlaskan.
Lebih tepatnya akan mencoba untuk ikhlas
Karena aku tau wanita yang kau sering ceritakan itu lebih mencintaiNya
Sesuai kriteria utamamu bukan?
Aku lega..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar